Judul Buku : After, Luc dan Aku
Penulis : Francis Chalifour
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Tahun Terbit : 2007
Tebal : 184 halaman
Sinopsis dan Analisis
Pada bulan Juli 1992, ketika Francis sedang mengikuti karya wisata sekolah ke New York, ibunya menelepon dan menyuruhnya pulang. Tanpa perasaan khawatir sedikit pun, akhirnya ia pulang ke Montreal dengan diantar Mr. Enrique, guru Bahasa Spanyol. Hal terburuk ternyata telah terjadi. Sebuah kenyataan yang bisa mempengaruhi hari-hari Francis selanjutnya, menjadi lebih buruk tentunya.
Ayah Francis meninggal dunia. Dan yang lebih mengenaskan ia meninggal dengan cara gantung diri di loteng. Sejak saat itu perasaan Francis bercampur aduk, kesedihan yang mendalam serta rasa bersalah menghantuinya setiap hari. Ia tak bisa terima tentang kepergian ayahnya, dan itu semua membuatnya semakin jatuh dalam lubang depresi.
Ayah Francis mengalami depresi kecil sejak ia kehilangan pekerjaannya beberapa tahun yang lalu. Saat itu ia sedang mengangkat muatan di dek yang licin dan punggungnya patah. Setelah itu, orang-orang menganggapnya tak mampu untuk pekerjaan yang terlalu berat. Ia pun diberhentikan dan ia sangat malu karena tidak bisa menafkahi keluarga serta merasa tidak menjadi seorang kepala keluarga yang baik.
Sebelumnya ayah Francis pernah melakukan usaha bunuh diri dengan menelan sebotol pil penghilang rasa sakit. Sejak saat itu, seluruh anggota keluarga semakin waspada dan tidak akan meninggalkan ayah Francis sendirian, lebih-lebih Francis sendiri, selalu menemani ayahnya ketika tak ada orang di rumah. Namun saat itu Francis lengah. Ia memaksakan keinginannya untuk liburan ke New York bersama teman-temannya dan itu tentunya mempengaruhi pengawasan terhadap ayahnya, mengingat mama Francis yang bekerja setiap hari dan Luc (adik Francis) yang masih terlalu kecil. Sehingga membuka kesempatan lebar untuk ayahnya untuk mengulangi perbuatan yang sama. Hal ini lah yang membuat Francis sangat merasa bersalah, ia selalu menganggap sang ayah meninggal karena dirinya.
Setelah itu, beberapa hal lain yang menyakitkan juga datang silih berganti. Seperti Houston (sahabat Francis) yang sering membicarakan ayahnya, dan perasaan patah hatinya pada Julia, seorang gadis yang ditaksirnya. Yang lebih menyakitkan adalah ketika ibu Francis menghadirkan George untuk menggantikan posisi seorang ayah dengan alasan agar masa depan Francis dan Luc terjamin. Francis sangat tertekan pada saat-saat itu. Namun perasaannya sedikit lega dan depresinya berkurang ketika ia mengikuti bimbingan dari psikolog sekolah, Raymond dan Mr. Bergeron.
Sampai bebrapa hari, bahkan beberapa bulan setelag kematian ayahnya, ia masih juga tak mau menerima kenyataan dan menganggap ayahnya masih hidup. Sampai suatu hari ia menemukan sebuah kotak kayu milik sang ayah. Isinya adalah foto-foto milik sang ayah dan satu set kartu poker. Ketika Francis mengeluarkan kartu-kartu itu dari kotak, sepotong kertas terlipat jatuh ke lantai. Kertas itu bertuliskan : 14 Agustus 1953. Kami, Loyal Order of the Companions Poker, berjanji untuk bertemu pada tanggal 14 Agustus 1993 jam 21.00 untuk pertandingan ulang di The Sailor, 142 Chester Street, Toronto. Kata kunci : Black Jack.
Menemukan catatan itu membuat Francis hilang kendali, ia berfikir ayahnya akan menghadiri pertemuan itu. Francis pun dengan diam-diam pergi ke Toronto seorang diri. Ia yakin akan menemukan ayahnya di sana. Setelah lama ia mencari, akhirnya ia menemukan tempat yang dituju. Tempat itu adalah bekas bar dengan adanya botl dan tanda bir di jendela-jendela. Ia menyelinap memasuki ruangan yang ternyata tak terkunci itu. Ada seseorang di dalamnya, ia menyalakan lampu dan Francis semula mengiranya itu adalah ayahnya. Ternyata bukan. Lelaki itu tak lain adalah Mr. Deli pemilik toko donat Deli Delight yang tak lain adalah sahabat ayah Francis. Mr. Deli mendapat telepon dari ibu Francis yang menanyakan keberadaan Francis, dan ia sangat tahu bahwa Francis akan mengunjungi tempat ini maka dari itu ia datang untuk menjemput. Setelah mengobrol sebentar, Mr. Deli memberikan sebuah buku bersampul kulit hitam pada Francis, itu sebuah buku harian ayah Francis.
Sejak saat itulah Francis sedikit demi sedikit merelakan kepergiannya dan menata hidupnya yang baru dengan sang ibu dan Luc, adiknya. Francis bekerja di Deli Delight. Dan ibunya batal untuk menikah dengan George.
Alur yang diusung novel ini adalah campuran. Di bagian awal, penulis menggunakan alur maju : pada saat Francis berlibur ke New York sampai berita kematian ayahnya, kemudian penyebab kematian sang ayah diceritakan dalam alur mundur : kembali ke masa Francis kanak-kanak. Setelah itu alur kembali pada masa sekarang, dan berjalan maju. Dan diakhir cerita disebutkan bahwa kisah itu semua terjadi lima tahun yang lalu.
Gaya bahasa yang digunakan memang sedikit rumit dan aneh, karena novel ini memang novel terjemahan. Senhingga ada beberapa kata dan kalimat yang harus dibaca lebih dari sekali agar tahu maksud dari penulis. Namun, di sisi lain penulis memaparkan setiap cerita dengan baik dan lugas sehingga walau rumit tidak begitu susah untuk dimengerti.
Novel karya Francis Chalifour ini bagus dan layak untuk dibaca semua kalangan khususnya remaja atau yang sedang kehilangan seseorang agar mampu mengambil hikmah dari kehidupan ini, karena dalam novel ini beberapa nilai moral dapat kita petik. Kelebihan lainnya adalah, novel ini mendapat seatu penghargaan yaitu Governor General’s Literary Awards dari Canada. Kelemahannya terletak pada cover yang mengecoh, karena dalam covernya tertulis “Teenlit” yaitu bacaan remaja yang biasanya kurang bagus. Hal ini tidak sepadan dengan isinya yang cukup menggugah. Secara keseluruhan, novel ini bagus, menarik dan layak untuk dibaca.
wahh.. very nice, recomended novel.. novelnya agak galau ya shel ..hihihi ^^
ReplyDeleteiya. galau banget.. gimana gak galau, ini tokoh utama ditinggal mati ayahnya eh.
ReplyDeletehahaha. . .novel yang bikin galau nih :D
ReplyDeletesel...ayo folbek&comment. . . beezproject.blogspot.com
sepertinya anda salah kaprah tentang teenlit. seperti kalimatnya, teenlit yaitu teen literature, atau bisa dibilang sastra/cerita remaja. Dan novel ini memang teenlit. Mungkin karena selama ini logo teenlit tersebut melekat pada novel-novel remaja Indonesia , yang kebanyakan hanya berisi masalah percintaan, dll, jadi anda menganggap jelek 'TeenLit'. Namun percayalah, tidak semua Teenlit jelek. Dan novel di atas buktinya. Sayangnya novel-novel seperti itu tidak banyak disukai remaja Indonesia yang lebih banyak menyukai novel percintaan / istilah di kalangan otaku/wibu : shoujo shit. (meskipun sekali lagi saya tekankan tidak semua novel teenlit terutama percintaan itu jelek).
ReplyDelete