Pria maskulin itu berdiri
mematung di depan belasan boneka. Tangannya bertopang dagu. Sulit untuk
mempercayai dirinya sendiri yang hari ini rela melangkahkan kaki pergi ke mall
hanya demi mengunjungi salah satu gift shop. Sulit pula percaya bahwa ia
sudi memasuki toko dengan interior yang didominasi pink, peach, dengan
sedikit hijau pastel yang terkesan begitu centil di matanya.
Ia benar-benar merasa seperti
sedang berada diantara alam sadar dan mimpi. Benar-benar diantara keduanya.
Bukankah terlihat aneh melihat sales manager perusahaan besar yang
begitu klimis, tegas, dan nampak berwibawa dengan setelan jas formalnya berada dalam
sebuah toko yang menurutnya terlalu cerah ceria?
"Mencari kado seperti apa,
Pak?" suara itu membuyarkan lamunannya.
Dilihatnya perempuan mungil yang
tersenyum lembut dan telah berdiri sejajar dengannya, mengenakan seragam senada
dengan warna interior toko, lengkap dengan bandana berpita polkadot yang
membungkus anak rambutnya sehingga terlihat rapi.
Mendadak ia merasa geli sendiri.
Konyol rasanya jika hari ini ia
harus membuang prinsip dan janjinya jauh-jauh. Bagaimanapun, ia tetap tidak
suka toko boneka, atau gift shop, atau toko aksesoris, atau apalah orang
menyebutnya.
"Saya mau boneka beruang
yang paling besar. Warna pink." pria itu tersenyum. Terpaksa. "ah ya,
sekalian pita dan jepit rambut pink yang itu." lanjutnya seraya menunjuk
aksesoris rambut yang ia maksud.
Cepat-cepat ia menuju kasir.
Ia sedang terburu-buru. Bukan
dikejar waktu, melainkan diburu ketidaknyamanan, selaksa kenangan, juga sedikit
rindu.