Pages

Wednesday, 24 December 2014

Toko Boneka [Cerpen]

Pria maskulin itu berdiri mematung di depan belasan boneka. Tangannya bertopang dagu. Sulit untuk mempercayai dirinya sendiri yang hari ini rela melangkahkan kaki pergi ke mall hanya demi mengunjungi salah satu gift shop. Sulit pula percaya bahwa ia sudi memasuki toko dengan interior yang didominasi pink, peach, dengan sedikit hijau pastel yang terkesan begitu centil di matanya.

Ia benar-benar merasa seperti sedang berada diantara alam sadar dan mimpi. Benar-benar diantara keduanya. Bukankah terlihat aneh melihat sales manager perusahaan besar yang begitu klimis, tegas, dan nampak berwibawa dengan setelan jas formalnya berada dalam sebuah toko yang menurutnya terlalu cerah ceria?

"Mencari kado seperti apa, Pak?" suara itu membuyarkan lamunannya.

Dilihatnya perempuan mungil yang tersenyum lembut dan telah berdiri sejajar dengannya, mengenakan seragam senada dengan warna interior toko, lengkap dengan bandana berpita polkadot yang membungkus anak rambutnya sehingga terlihat rapi.

Mendadak ia merasa geli sendiri.

Konyol rasanya jika hari ini ia harus membuang prinsip dan janjinya jauh-jauh. Bagaimanapun, ia tetap tidak suka toko boneka, atau gift shop, atau toko aksesoris, atau apalah orang menyebutnya.

"Saya mau boneka beruang yang paling besar. Warna pink." pria itu tersenyum. Terpaksa. "ah ya, sekalian pita dan jepit rambut pink yang itu." lanjutnya seraya menunjuk aksesoris rambut yang ia maksud.

Cepat-cepat ia menuju kasir.
Ia sedang terburu-buru. Bukan dikejar waktu, melainkan diburu ketidaknyamanan, selaksa kenangan, juga sedikit rindu.

Monday, 22 December 2014

Untukmu Ibu

Assalamualaikum.

Ibu, mungkin engkau akan membaca ini suatu hari. Atau mungkin saja tidak.

Ibu, maafkan aku yang hingga kini masih sering lupa caranya berbakti. Terlebih lagi, di minggu-minggu terakhir ini.

Maafkan aku yang sibuk sendiri mengurus ini itu tanpa bisa membantumu mengurus pekerjaan rumah. Walau mungkin tak mengapa bagimu asalkan urusan kuliah anakmu ini berjalan lancar.

Maafkan aku yang tak bisa bahkan hanya membantu menyapu rumah di sore hari karena petang aku baru bisa pulang. Walau mungkin tak mengapa bagimu karena yang terpenting adalah putrimu ini bisa sampai rumah dengan selamat, seperti yang sering engkau katakan.

Ibu, maafkan aku yang akhir-akhir ini hanya bisa menyediakan sedikit waktu untuk menemanimu, yang parahnya lebih sering aku isi dengan keluhan atas rasa lelahku. Maafkan aku yang kini hampir tidak pernah menemanimu berbelanja ke pasar, apalagi membantumu memasak. Walau engkau sering memaklumi asalkan waktu yang kumiliki dapat kumanfaatkan sebaik-baiknya.

Ibu, terimakasih untuk semua doa dan dukungan yang selalu engkau berikan padaku. Terimakasih telah memaksaku menyendok nasi saat aku sendiri mulai tak bisa merasakan lapar. Terimakasih karena masih memberiku kasih dan perhatian bahkan setelah pusat perhatianku berubah pada hal-hal yang lain.

Ibu, bersabarlah karena yang aku lakukan saat ini tak lain adalah untuk membuatmu bangga. Percayalah bahwa putrimu kini sedang berusaha bagaimanapun caranya untuk mengukir senyum cantik di wajahmu. Putrimu yang sering merasa sok tangguh ini sedang menangis pada Tuhannya agar dapat memberikan yang terbaik untuk orang tuanya. Putrimu kini sedang jatuh-bangun ingin membahagiakan ibu juga bapaknya. Tunggulah sebentar saja, Ibu.

Ibu, diantara semua sakit hati yang kuberikan padamu, aku yakin engkau tahu bahwa aku sangat mencintaimu. Walau tentu saja, selamanya cintaku tak akan bisa lebih besar daripada milikmu.


Ibu, semoga Allah selalu memberikan kebahagiaan dalam hatimu. Doakan anakmu ini agar usahanya bersambut keberhasilan.

Selamat hari Ibu wahai Ibu terbaik sepanjang masa, semoga Allah selalu mencurahkan rahmatNya pada Ibu, memberi Ibu kesehatan dan kebahagiaan, melapangkan hati Ibu, dan mengabulkan doa-doa Ibu.

Aku sangat menyayangimu, Ibu.

Saturday, 15 November 2014

Random #2 : Rumahku

Biar ku jelaskan,
Aku memiliki sebuah rumah.
Tidak mewah, hanya rumah yang sederhana. Bahkan jika kau bandingkan dengan perempuan lain, milikku bisa jadi tidak ada apa-apanya.

Jika kau berkunjung sesekali, aku bisa menjamumu di teras depan. Tidak akan merepotkanku jika hanya secangkir kopi dan sekaleng biskuit coklat, serta obrolan ringan di sore hari.

Tapi maaf, kau tidak akan kuperkenankan untuk masuk.

Bukan apa-apa.
Sudah ku katakan, rumahku hanya sederhana.
Tapi perlu kau tahu, aku telah melapisi pintunya dengan keamanan ganda. Bukan karena perabotan rumah yang terlalu mewah, atau aku menyembunyikan kejahatan di dalam sana.
Namun karena rumah ini pernah mendapatkan tamu yang salah. Yang ku kira akan ikut menjaga, namun ternyata malah menghancurkan pilar-pilar cantiknya, kemudian pergi begitu saja.

Kau tahu, aku harus bangkit sekuat tenaga untuk memperbaikinya kembali. Membentuk rumah yang utuh agar suatu saat orang lain bisa tinggal dengan nyaman.

Maka, jika kau hanya akan meninggalkan rumah ini setelah puas melihat-lihat isinya, jangan pernah membujukku untuk membuka pintu ini. Jangan pernah berusaha mendobrak dan merusaknya.
Jika kau bersikeras membuka pintunya hanya karena ingin tahu bagaimana keadaan di dalam, biar ku jelaskan saja sekali lagi padamu. Rumah ku ini sangat sederhana. Tidak cantik seperti yang kau kira. Tidak ada benda berharga apapun yang bisa kau bawa pulang.

Begitulah rumahku, sederhana.
Tapi setiap hari aku berusaha membersihkannya, menjaganya, dan mempercantiknya. Agar suatu hari nanti aku bisa menyediakan kenyamanan, kasih, dan bakti untuk seseorang yang bersedia tinggal selamanya.

Sekarang, apa kau mengerti?
Jangan berusaha membuka pintu ini, jika kau hanya ingin singgah sementara.

Sunday, 12 October 2014

Random #1 : Karena Aku Belum

“Cowok itu emang gitu ya..” dia memulai ceritanya. Begitu tiba-tiba. Membuat pikiranku yang sedari tadi menjelajah masa lalu kembali pada realita.

“Ha? Gitu gimana?” tanyaku penasaran.

“Ya gitu. Pas ceweknya biasa aja, dia ngasih kode. Ngasih perhatian. Ngedeketin. Terus pas si cewek udah membuka hati, udah ngerespon, tiba-tiba dia nya yang menjauh.”

Aku terdiam. Tersenyum samar-samar. Rasanya ingin menertawakan diriku sendiri, tapi mendengar suaranya bercerita yang begitu sungguh-sungguh, aku rasa ini bukan waktunya tertawa.

“Bukannya enakan gitu?” Tanyaku.

“Enakan gitu gimana? Itu namanya seenaknya sendiri, Sel.”

Aku tersenyum lagi.

“Eh, mending gitu kali. Menurutku itu lah sisi ketegasan cowok. Kalau dia ngga cocok, bukannya mending gitu ya, langsung menjauh aja. Mumpung belum sih. Daripada mempertahankan apa yang dia sendiri ngga yakin.”

Dia mengerutkan alisnya. Seakan masih belum mau berdamai dengan pemikiranku, namun ingin mendengarkan lebih banyak.

Aku melanjutkan, “kita kan udah layak disebut sebagai orang dewasa. Setiap keputusan yang kita ambil harusnya dipikirkan pula jangka panjangnya. Dan kita juga bukan dalam usia yang masih pantes pacaran ala-ala, yang cuma buat main-main aja.”

“Lalu?” dia bertanya tak sabaran.

“Laki-laki yang visioner pasti pernah lah memikirkan pasangan masa depan. Kalau dia termasuk yang visioner, ketika mendekat dia juga mempertimbangkan apakah kamu memungkinkan untuk jadi masa depannya atau tidak. Nah setelah kenal dekat, ternyata dia malah ngga yakin. Bukannya lebih baik kalau dia segera menghindar? Itu namanya tegas. Daripada sudah tahu ngga memungkinkan untuk menikah, tapi dia tetap mendekat cuma karena biar ga jomblo aja. Mau senengnya aja. Terus nanti kalau dia bosan, kamu bakal ditinggal tengah jalan.”

Kulihat dia tersenyum, mulai menyetujui.

“Kok kamu tau banget sih?” ia tertawa kecil, menggodaku. Membuatku harus menjelaskan sesuatu yang sudah kusimpan rapi dalam hati.

“Karena aku pernah salut dengan usaha seseorang untuk menyudahi usaha kami. He’s the one who set it up, and he’s also the one who make it stop.”

“Lalu, kamu gimana? Galau?”

“Hmm. Terkadang kita cukup mudah membuka hati untuk menerima kehadiran seseorang. Tapi apakah itu berarti kita juga sudah mencintai?”

Dia menatapku lurus-lurus. Alisnya lagi-lagi berkerut, menunggu penjelasanku selanjutnya.

“Karena aku belum.” kataku.


Kemudian kami sama-sama tertawa lirih menyudahi obrolan siang itu.

Wednesday, 3 September 2014

Photosession at Mahkamah Konstitusi

Assalamualaikum..
Sesuai janji pada postingan sebelumnya, kali ini saya mau share foto-foto di Mahkamah Konstitusi.
Ceritanya, kami (Saya dan Aula, teman kerja praktik) mendapat 'hadiah' istimewa dari pembimbing, yaitu berfoto di ruang sidang dan di depan gedung MK. Jalan-jalan ke ruang server, wartawan, pusdok, juga ke tugu MK.
Kami ditemani Bapak Heru selaku pembimbing dan Pak Nur Rakhman, salah satu staff IT. Lucunya, kami disini bak model yang sedang mengadakan photosession. Pak Heru menjadi pengarah gaya, dan Pak Nur berbaik hari memotretkan sekaligus meminjamkan kamera beliau. Kami sampe sungkan sendiri karena beliau berdua ini terlihat excited banget memfoto-foto kami.
Ah, Bapak Kabid yang biasanya super sibuk tapi hari itu meluangkan waktu untuk menemani kami jalan-jalan plus foto-foto, itu rasanya sesuatu banget kan ya.

Okeee, perjalanan kami hari itu diawali dengan jalan-jalan ke ruang server yang terletak di dalam kantor kami. Kami ditemani oleh Mas Noto yang ahli banget masalah perserveran :3

Langsung aja ya, biarkan foto yang berbicara *ceilah*

Beautiful Rainbow

Assalamualaikum, hai teman-temaaan!

Fabi ayyi ala i rabbikuma tukazziban?
- Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?

Kemarin, saya dan Aula, teman saya, akhirnya selesai presentasi kerja praktik ke semua staff Bidang Pengelolaan TIK Mahkamah Konstitusi.
Sehari sebelumnya diwarnai dengan kesedihan, kepedihan, kesengsaraan *halaah*. But seriously, it was my worst day ever. Dimulai dari bangun tidur rada kesiangan, alhasil di busway harus berdiri desak-desakan. Udah gitu setengah jalan eh busnya mogok! Pakai acara evakuasi yang lama pula. Padahal jadwal hari itu adalah presentasi kerja praktik. Alhasil harus buru-buru karena jam setengah 9 baru sampe halte Monas. Sesampainya di sana . . . presentasi dibatalkan, dan jadwal kepulangan diundur. Padahal tiket kereta terlanjur dibeli.

Begitu ditelpon Ibu, langsung deh nangis meraung-raung di dalam bilik kamar mandi. Berlebihan sih, tapi emang udah kangen dan pengen banget pulang.

Keesokan harinya, yaitu kemarin, kami presentasi pagi-pagi di kantor. Bapak Heru (pembimbing kami) mewajibkan semua staff untuk hadir dalam presentasi kami. Alhamdulillah, presentasi berjalan lancar. Beyond expectation malah. Kami mendapat berbagai macam apresiasi. Dari pujian macam 'luar biasa' sampai apresiasi yang benar-benar di luar ekspektasi kami.
Salah satunya adalah : Pembimbing kami menyerahkan form penilaian Kerja Praktik dengan tetap kosongan. Beliau hanya tanda tangan di sana dan mengatakan "Nilainya diisi sendiri saja ya, saya ikhlas." Staff yang lain hanya menimpali "apa perlu kita kasih surat biar kalian di sana nggak diuji lagi?"

Terharu banget kan ya.

Nggak sampai disitu saja, kami juga ditawari untuk kerja di MK. Sayang sungguh disayang, kami kan belom lulus dan belum terima ijazah S1. Hehe.

Kejutan di akhir adalah penawaran istimewa dari Bapak pembimbing.

"Sudah pernah ke ruang server? Mau foto di ruang persidangan? Belum pernah foto di pilar depan kan? Besok kita agendakan ya!"

Sebuah hadiah dan kesempatan yang mungkin bagi orang lain biasa, namun bagi saya itu adalah sesuatu yang baru dan istimewa.

Ah, Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?

Kesedihan akibat batal pulang pun terbayar lunas, bahkan lengkap dengan bunganya.
Memang ya, Allah tidak pernah main-main akan janjiNya.
Pasti ada hikmah dibalik kesedihan dan ujian dariNya.

Di akhir presentasi, kami sempatkan berfoto ria dengan pembimbing dan staff IT yang kece semua.
This is it ...



Buat cerita dan foto-foto kami di ruang persidangan dan sembilan pilar serta foto-foto di museumnya akan diupload segera!

Mendadak diingatkan oleh hati kecil "katanya mau kerjain TA di semester 7, Allah kasih jalan biar lebih lama di sini dan nyiapin data-data yang diperlukan, kok sempet-sempetnya muram? Dasar kurang bersyukur!"

Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?

Betapa Allah tetap begitu pemurah pada hambaNya yang begitu mudah mengeluh dan tidak mensyukuri skenarioNya yang luar biasa indah.

Semoga jadi pelajaran buat yang lagi dirundung sedih atau kecewa.
Untuk menghadirkan pelangi yang cantik, bukankah langit butuh sedikit hujan? ;)

Semoga bermanfaat. Wassalamualaikum.

Tuesday, 15 July 2014

Quilled Sun Flower Bookmark


Hello, quiller!
Well, it's been a long time since the last post about quilling paper. Before I went to Jakarta to do internship here, I made a bookmark with a quilled sunflower on it. Actually, it was a basic quilling which can be done by making two basic shapes only. Shaped marquise for the petals and tigh coil for the inner petal. It just like a piece of cake, right? ;)

What you need :

  • of course some paper strips, hehe. I used sun-kissed yellow for the petals, black and dark brown for the inner petals.
  • white glue
  • green 200gsm paper
  • scissor
  • cutter
  • quilling ruler, why we need this stuff? to make sure that each petal has the same size
  • quilling needle
Ok, now just let the picture tell you how to make it. It will be better than I write the steps with my poor English, isn't it? Hehe. Enjoy the picture, I will try my best to give an easy to understand caption on each.

a hundred thousand!

Ta-daaa!
Sudah lama ngga buka blog karena lagi kerja praktik nih. Tiap hari berangkat jam 6 pagi, pulang jam 3 sore, dan sampe tempat tinggal udah jam 6 sore aja. Terus masak buat sahur, rapi-rapi kamar, mandi, eh udah jam nya bobok deh. Karena capek ngantor *ceilah ngantor* jadi ngga sempet ngeblog deh ya. Padalah banyak banget yang pengen diceritain hehe.
Nah, pas buka blog eh tau-tau visitorsnya udah sampe seratus ribu aja. Yihaaa! Seneng banget karena udah dinanti lama hehe.
Thanks so much dear readers, you made my day :3

Saturday, 12 April 2014

Introducing IndStudiO and Giveaway Plan

Assalamualaikum..
Helooo, blogger!
Apa kabar sekalian? Semoga selalu diberi kesehatan oleh Allah yah :D



Anyway, temen-temen blogger ada yang punya usaha atau ada yang sedang mengembangkan bisnis?
Kebetulan sekali kalau ada, saya bisa membantu teman-teman untuk keperluan marketing and advertising loh!!

This is it, I proudly present a new but awesome (halah), marketing and advertising studio!


Seperti yang telah dijelaskan di atas, IndStudiO merupakan studio advertising dan marketing yang sedang dirintis dan dikembangkan oleh tiga mahasiswa jurusan Sistem Informasi ITS. Kami menyediakan jasa pembuatan web profiling, video product/profile, desain logo dan desain ads, SMS masking, maintenance social media dan apa aja deh yang berhubungan dengan marketing dan periklanan untuk usaha anda. Walau baru dirintis, tapi Insya Allah orang-orang di dalamnya sudah berpengalaman kok :3 *narsis*
Serahkan urusan marketing dan advertising anda pada kami, dijamin ngga nyesel. Urusan harga, ah, IndStudiO ini menyediakan kebutuhan pengusaha dengan harga mahasiswa kok :3 Please kindly contact me for more detail and information about our price-list and products!

***

Selesai ya cerita tentang IndStudiO nya, jangan lupa like fanpage FB kami : IndStudiO Fanpage.
Untuk web, twitter, dan lain-lain coming soon yah :)

Oh ya, saya mendadak ingin deh ikutan ngasih giveaway untuk para blogger, ini karena sebentar lagi visitor saya tembus 100.000 hehehe. Really, cannot wait to see it!
Kira-kira kalau saya kasih giveaway gitu ada yang berminat ngga yaa hehe. Kalau ngga ada kan ya percuma :( hiks. Yang berminat ditunggu responnya ya, bisa lewat komentar di blog ini atau email saja ke sellawr@gmail.com sekalian kalau ada yang usul pengennya saya kasih hadiah apa hehe.

Ditunggu yaa :)
Wassalamualaikum.

Monday, 7 April 2014

Self Motivation #1

Assalamualaikum ..

Beberapa waktu lalu, seorang teman menyarankan saya supaya ikut lomba desain taujih visual yang diadakan kampus. Kemudian saya search beberapa desain taujih visual untuk cari inspirasi. Beberapa diantaranya ada yang berisi nasihat, ada juga yang berisi kutipan ayat Al Quran.

Akhirnya, saya tertarik untuk membuatnya, tapi bukan untuk diikutkan lomba. Alasannya sih klasik : nggak ada ide. Karena lomba tersebut ternyata mengusung tema tertentu, dan memang saya nggak punya ide *poor me*.
Oke, lupakan soal lomba, akhirnya saya buat satu desain, lalu menyusul desain yang lain. Yah, masih jelek sih ya, namanya juga baru belajar. Sebenarnya masih malu-malu juga ngeshare nya. Tapi daripada dianggurin di laptop, yasudah di share aja siapa tahu lebih bermanfaat.

Ini yang pertama saya buat, terinspirasi dari Surah Ar Rahmaan, yang akhir-akhir ini membuat saya terkagum-kagum :') Foto ini saya ambil beberapa tahun lalu di Kediri ketika senja tiba dan saya belajar naik motor #gakpenting. Fyi, sejak saat itu saya selalu ingin menikmati setiap senja yang dilukis oleh Nya :D


Kalau yang di bawah ini... jadi ceritanya, sebenarnya dari dulu saya ingin buat desain yang menerangkan tentang langit yang bertasbih, cuma nggak punya foto langit yang pas hehe. Foto di bawah ini diambil oleh sdr Fariz Rifqi, teman saya di kampus. Oleh karena itu, jika teman-teman ingin mendownload dan menggunakannya untuk kepentingan tertentu, alangkah baiknya jika meminta izin pada beliau selaku pemilik hak cipta #halah. Eh, tapi saya serius ya :)


Dan ini yang terakhir, entah kenapa saya tergerak untuk membuat gambar ini ketika saya buka lagi file-file foto pemandangan hijau yang saya ambil. Tapi sayangnya, banyak foto pemandangan itu justru saya ambil dari desa-desa kecil. Saya baru sadar kalau di Surabaya sudah jarang area hijau seperti persawahan apalagi hutan, lebih banyak gedung-gedung tinggi yang dibangun. Lagi-lagi, Surah Ar Rahmaan menggoda saya, didalamnya terdapat semacam deskripsi tentang surga yang menerangkan bahwa surga itu memiliki pohon-pohon dan buah-buahan, dan surga terlihat hijau tua warnanya.
Jika diberi kesempatan, kira-kira manusia betah nggak ya tinggal di surga? Jangan-jangan ntar pepohonan di surga kita tebang buat bangun gedung pencakar lagit. Hehe, so, stop penebangan hutan liar dan yuk reboisasi :D Fyi, foto saya ambil di pekarangan rumah setelah hujan berlalu dan meninggalkan kenangan #halaaah.



Yups, itu lah hobi baru saya akhir-akhir ini hehe. Sebenarnya masih ada lagi sih desainnya, tapi soal cinta. Jadi untuk konsumsi pribadi aja deh, malu soalnya. Oke, semoga apa yang saya tulis dan share ini ada manfaatnya. Kritik, saran, komentar, dan feedback apapun itu, tentu sangat bermanfaat buat saya untuk proses pembelajaran yang lebih baik. Terimakasih sudah meluangkan waktu untuk membaca :)

PS. jika ada yang ingin menggunakan gambar di atas, atau men -copy nya untuk artikel/blog pribadi, mohon sertakan sumbernya ya, terimakasih :) *tapi kayanya ga ada sih hehe*

Wassalamualaikum.

Friday, 21 March 2014

Wanita Karir atau Ibu Rumah Tangga?

Assalamualaikum..
Alhamdulillah, akhirnya bisa nyempetin nulis apa yang ingin kutulis dari dulu.

Wanita karir atau ibu rumah tangga?
Sebenarnya, pertanyaan tersebut tidak pernah saya tanyakan pada perempuan lain. Tidak pada teman dekat saya, kakak sepupu saya, atau perempuan manapun. Saya justru sering sekali mengajukan pertanyaan itu pada diri sendiri.

"Jika nanti kau menjadi istri, atau bahkan sudah menjadi ibu, manakah yang akan kau pilih, wanita karir atau ibu rumah tangga?"

Saya yakin, banyak perempuan yang dilema dengan pertanyaan-pertanyaan semacam itu. Tidak dapat dipungkiri, kita memang tidak sedang hidup di era Kartini, dimana peran perempuan dalam masyarakat masih sangat kecil. Saat ini peran perempuan di masyarakat sudah semakin besar, pendidikan untuk perempuan pun semakin baik, lapangan pekerjaan juga lebih menjamin, dan daya saing perempuan dengan laki-laki semakin tinggi. Hal tersebut lah yang menyebabkan beberapa perempuan lebih memilih menjadi wanita karir daripada ibu rumah tangga.
Saya tidak bilang bahwa menjadi wanita karir adalah sebuah kesalahan. Tidak ada yang salah, memang. Bagi seorang wanita, kedua profesi tersebut adalah sebuah pilihan yang sama-sama memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Namun, kesalahan yang sering dilakukan wanita adalah melupakan tanggung-jawab utamanya.

Banyak perempuan yang salah kaprah memahami arti emansipasi. Emansipasi wanita disuarakan bukan agar seorang wanita melampaui kodratnya. Ibu Kartini menyuarakan emansipasi untuk pendidikan wanita yang saat itu ia nilai kurang layak jika dibanding pria, bukan untuk menggeser kewajiban utama seorang perempuan dalam keluarga.

Sekali lagi, tidak ada yang salah dalam diri wanita karir. Yang salah itu, ketika ia melupakan tugasnya sebagai seorang istri yang harus taat pada suami, dan seorang ibu yang harus mendidik putra-putrinya dengan penuh kasih.

Bukankah hal itu adalah pekerjaan ibu rumah tangga?

Saturday, 15 March 2014

Menghitung Peluang Kematian

Hai, Assalamualaikum..
Wohoo, judul di atas terdengar terlihat kontroversial kan? eh nggak ya?
Kali ini saya mau sharing pengalaman sangat-sangat berharga, eumm sekalian mau curhat sih sebenernya.

Beberapa waktu lalu saya sempat lihat berita Jakata banjir di televisi. Ngeri sih ya, tapi karena nggak ngalamin sendiri jadi ya gak ngeri-ngeri banget lah. Nah, baru kemarin lusa saya benar-benar merasakan kengerian banjir, sampai saya menyesal pernah menyepelekan banjir sebagai bencana yang ecek-ecek (maksudnya dibandingkan gempa, tsunami, gunung meletus gitu)

Cerita bermula dari niat saya pulang ke rumah (fyi, tiap Kamis saya pulang ke rumah, jadi jangan nyari saya di kosan #pede amat). Sore itu langit mendung parah. Sejauh mata memandang, yang terlihat hanya warna abu-abu pekat. Karena sudah nggak tahan kangen keluarga dan rumah, yasudahlah saya nekat pulang walaupun tahu konsekuensinya : terjebak macet dan banjir.

FYI, rumah saya berada di Surabaya barat sedangkan kampus ada di Surabaya timur. Rumah Alhamdulillah nggak pernah kena banjir. Tapi jalan menuju rumah lah yang amit-amit banget kalau lagi banjir.
Dan benar, saat itu semua jalan akses menuju rumah dilanda banjir tinggi. Sialnya, angkutan umum yang saya naiki tidak bisa melanjutkan perjalanan. Bapak sopir yang baik hati pun menurunkan semua penumpangnya di tengah jalan, yang kira-kira jaraknya masih 5km dari rumah saya.

Ketika saya turun dari angkot, ternyata banjirnya se pangkal paha. Fuuuh. Yasudahlah, jalanlah saya bersama beberapa orang. Kami saling bantu, berpegangan, payungan sama-sama, sampai kami tiba tepat di sebelah proyek pembangunan jalan dan pengerukan sungai, banjirnya sudah nggak seberapa, karena saya lewat tepian sungai yang tanahnya agak tinggi.

Itu lah peluang kematian pertama.
Tepat disebelah kiri saya adalah proyek pengerukan sungai. Sungai selebar 5-6 meter berarus ‘cukup’ deras tersebut punya pagar pembatas seadanya. Lebih tepatnya bukan pagar pembatas sih, hanya pembatas besi kecil-kecil yang kalau saya dorong pun mungkin akan jatuh ke sungai dengan mudah, dan nggak sepanjang sisi sungai memiliki pembatas, justru banyak yang nggak ada.

Well, sebelah kiri saya sungai berarus deras, sebelah kanan saya kerumunan kendaraan yang berebut jalan, pijakan saya adalah rerumputan berlumpur. Sekali saya terpeleset dan jatuh ke kiri, mungkin tak banyak yang bisa dilakukan :) Syukurlah, Allah masih memberi saya kesempatan.

Friday, 31 January 2014

Chicken Katsu, love it!



Hai, hari ini rencananya saya mau ke Kediri, tapi ga jadi. Hiks, padahal udah kangen banget sama Kediri. Yaudah deh daripada bete, lebih baik dimanfaatkan buat happy-happy. Yuhuuu, today's cooking lesson justru saya dapet dari adek, kami bikin Chicken Katsu. Karena adek lebih dulu praktek tata boga di sekolahnya, jadilah dia sebagai lead chef kali ini hihi.


Ternyata resep chicken katsu tuh simpel banget ya. Cara bikinnya gampang dan bahannya mudah didapat. Hasilnya? Ah, jangan ditanya deh. Yummy! Dulu, setelah adek praktek tata boga, dia cerita kalau chicken katsu buatannya mirip punya Chubo-Chubo, temen sekelas dia bilangnya mirip Hokben. Awalnya sih aku ga gitu percaya, masa iya bisa mirip. Paling dia narsis memuji masakannya sendiri. Eh, setelah cobain bikin.... Hasilnya emang nggak jauh beda, seriously! *walaupun ga bisa dibilang mirip juga*. Sebelas-dua belas lah ya.

Intinya aku cocok dan bakal jadi resep andalan ;)
Ok, now lets take a look for the recipe, guys!

Tuesday, 28 January 2014

Handmade Gift Box Tutorial


Hello friends, yesterday was a wonderful day. The GPA of the last semester was announced! And the result is not bad ^^
Yesterday I made a gift box, it was my very first handmade gift box and I satisfied with the result although it’s still not neatly. Here, I wanna share the tutorial. Well, actually I think we may not call it as tutorial since it’s a very simple way, all you have to do and all you need to make a handmade giftbox just patience and persistence. Ok, let’s see the materials you need and the steps below.

Monday, 27 January 2014

Yakin hidup sampai esok?

Assalamualaikum,

Pagi ini saya mendengar kabar duka dari rekan kerja Bapak saya, sebut saja Pak X. Anak beliau yang sudah beberapa bulan ini dirawat di rumah sakit telah berpulang. Walau saya tidak mengenal almarhum, tapi rasanya hati ini ikut sedih.

Saya pernah bertemu dengannya, sekitar setahun lalu saat kami sama-sama ikut dalam rombongan tour tempat Bapak bekerja. Ia seorang anak yang tidak banyak bicara, cenderung pendiam malah. Dan seingat saya, saat itu almarhum dalam keadaan sehat walafiat.

Usianya mungkin baru empat belas atau lima belas tahun. Terlalu muda untuk dijemput ajal? Saya sempat berpikir demikian, tapi toh kematian tidak memandang usia, bukan? Takdir itu sudah ditentukan dan tidak ada seseorang pun di dunia yang bisa mengelak atau menolaknya.

Beberapa bulan lalu, almarhum dikabarkan terserang penyakit darah, saya tidak tahu betul tepatnya penyakit apa. Setahu saya, gejala sakitnya adalah sering muntah darah. Setelah sebulan dirawat inap, ia dinyatakan sembuh dan boleh beraktifitas seperti biasa.

Walau dengan wajah yang masih pucat, semangatnya bersekolah cukup tinggi. Hal tersebut terbukti ketika salah seorang guru memanggil orang tuanya ke sekolah, ia terlalu aktif dalam kegiatan sekolah sampai-sampai sang guru cemas dan ingin membatasi kegiatan anak didiknya tersebut.

Awalnya saya turut lega mendengar almarhum sembuh, namun beberapa minggu kemudian, dia terpaksa harus dirawat inap lagi karena gejala sakit yang lebih parah. Singkatnya, dokter memvonis TBC. Menurut cerita ibu saya, perawatan yang dilakukan rumah sakit kali ini cukup mengerikan, memasukkan selang, transfusi darah, terkadang juga membutuhkan alat bantu pernapasan, dan lain sebagainya.

Diantara kesedihan yang saya rasa, kisah ini justru membuat saya sejenak merenung dan berpikir. Ada dua hal yang dapat saya petik dan pelajari dari kisah almarhum. Pertama, pelajaran tentang kematian, dan yang kedua adalah tentang kesehatan. Yang akan saya bahas dalam tulisan kali ini adalah yang pertama. Untuk pelajaran kedua, akan saya bahas di lain kesempatan.

Sunday, 26 January 2014

Pancake Saus Coklat


Hai blogger!
Ah, senangnya, mulai minggu kemarin saya udah liburan semesteran loh. Seperti biasanya, setiap liburan saya selalu menyelipkan sebuah tema khusus, dan tema kali ini adalah be happy, be creative! hehe, sounds great ya? dan seperti biasa juga, liburan kali ini saya isi dengan cooking and quilling. Bedanya, kali ini saya ingin menyelipkan coding, ceritanya belajar ngoding buat bekal KP semester depan hehe. Sudahlah, lupakan tentang coding.

Well, jadi kemarin saya jalan-jalan ke TP sama salah satu teman dekat saya, Aula. Rencananya mau ke Mr. Pancake. Eeeeh, sampai TP lah kok lokasi Mr. Pancakenya ditutup! Entah renovasi entah emang tutup ya, ditutupin papan gitu. Duh, padahal aku juga pengen nyobain makan situ. Akhirnya, jalan-jalan deh. Dan, jeng-jeng-jeng-jeeeeeng! Kita nemu Panhouse Pancake. Yeay!

Masuklah kita.
Lihat menu. Ewww, harganya agak beda ya sama di Mr.Pancake. Lebih mahalan. Yang original kira-kira Rp 30.000. dan selain itu, semua berkisar antara Rp.40.000-Rp.50.000. Dan itu untuk single cake nya loh ya! Mahal banget buat ukuran mahasiswa kan ya?

Sepulang dari situ, jadi pengen banget bikin pancake. Kalau udah bisa bikin cakenya, mau dikasih topping dan saus apapun mah tinggal gampangnya ya. hihi

Setelah googling resep sana-sini, akhirnya nemu yang pas, Buttermilk Fluffy Pancake dari blognya Ibu Hesty. Itu resep aslinya dari blognya Martha Stewart. Duh, udah ngiler duluan lihat foto-foto dari Bu Hesty.

Udah ah, ini nih resep pancake nya, udah aku modif dikit hehe, plus aku tambahin resep saus coklat (lupa ini resep sausnya dapet darimana)

Wednesday, 22 January 2014

Quilled Letters

One word, FINALLY! haha, actually I have finished this work few weeks ago, but yeah, I have no time to post it here due to some final projects of some courses. And, here is the complete work of my previous quilling project, letters M and O in quilled paper. Well, ok, I hope this work brings you an inspiration to do some quilling. I will be back here really soon with a new quilling concept, and maybe some other craft, so wish me luck! Thanks for coming by and happy quilling!!