Wednesday, 8 May 2013

Belanda dan Perasaan Cintanya

"When one door closes another door opens, but we so often look so long and so regretfully upon the closed door, that we do not see the ones which open for us."
Pepatah dari Alexander Graham Bell tersebut lebih kurang berarti : ketika satu pintu tertutup, sebenarnya ada pintu lain yang terbuka, tetapi kita lebih sering melihat dan menyesali pintu yang telah tertutup sehingga tidak melihat ada pintu lain yang terbuka untuk kita.
Jika kita mengingat kembali keistimewaan Belanda, tentu pepatah tersebut tidak berlaku bagi negeri bunga tulip ini. Belanda selalu menemukan cara untuk mengubah musibah menjadi suatu berkah.
Saat bangsa lain memiliki wilayah negara yang luas dan memadai, Belanda tidak pernah berkecil hati dengan wilayah negaranya yang bahkan memiliki kontur tanah di bawah permukaan laut. Keadaan itu tidak serta merta membuat rakyatnya meninggalkan tanah Belanda, namun justru memicu pengembangan konstruksi arsitektur yang inovatif dan tidak kalah dari bangsa lain yang tidak memiliki permasalahan wilayah dan tanah.
Selain itu, ternyata Belanda juga pernah mengalami krisis energi pada tahun 1970-an yang cukup besar hingga mampu melemahkan perekonomian negara. Lantas apa yang dilakukan negeri tersebut?
Jawabannya tentu dengan cara bangkit dan berinovasi, yaitu merombak sistem transportasi menjadi yang ramah lingkungan : dengan bersepeda. Karena budaya sepeda pula, Belanda juga berhasil melepas titelnya sebagai negara dengan tingkat polusi yang tinggi. Sekali merengkuh dayung, dua-tiga pulau terlampaui.
Prestasi Belanda lainnya adalah berada pada urutan ke sepuluh negara paling sehat sedunia versi majalah forbes. Menakjubkan bukan, mengingat negara ini didaulat sebagai negara maju dalam perindustrian, yang notabene biasa mengalami permasalahan lingkungan yang memiliki ancaman besar bagi kesehatan.
Lalu, sebenarnya apa sih rahasia Belanda dari yang zero bisa menjadi hero? Dari yang ‘miskin’ wilayah menjadi negara mandiri dengan konstruksi bangunan dan arsitektur yang inovatif? Dari negara polutan tinggi menjadi negara ramah lingkungan? Serta dari negara perindustrian menjadi negara yang sehat?
Jika kita flashback sejenak, maka kita akan mendapatkan titik temu penyebab kesuksesan Belanda. Belanda menjadi pionir di berbagai bidang tidak lain adalah karena lingkungan. Lebih tepatnya karena permasalahan lingkungan yang sering dialami bangsa tersebut. Namun kita pantas salut pada Belanda karena dengan segala keterbatasan dan permasalahan itu, justru akhirnya tercipta sikap cinta lingkungan di Belanda.
Netherlands tidak akan pernah ada jika rakyatnya tidak mencintai kontur tanah yang terbilang tidak biasa. Belanda tetap akan menjadi negara berpolusi tinggi dan miskin energi jika ia tidak mencintai gerakan bersepeda. Belanda akan menjadi negara penghasil limbah terbanyak jika ia tidak mencintai dan menjaga keasrian negaranya. Belanda tidak akan memiliki tulip-tulip yang indah dan kanal-kanal yang cantik jika bangsanya tidak sadar akan lingkungan. Dengan cinta tersebut Belanda tidak hanya duduk diam menanggapi permasalahan yang ada, melainkan bergerak maju dan berinovasi, menjadi pionir ditengah keterbatasan yang ia miliki. Jika Belanda saja cinta lingkungan, kenapa kita tidak bisa?

Referensi

No comments:

Post a Comment