"When one door closes another door opens, but we so often look so long and
so regretfully upon the closed door, that we do not see the ones which open for
us."
Pepatah dari Alexander Graham Bell tersebut lebih kurang berarti : ketika
satu pintu tertutup, sebenarnya ada pintu lain yang terbuka, tetapi kita lebih
sering melihat dan menyesali pintu yang telah tertutup sehingga tidak melihat
ada pintu lain yang terbuka untuk kita.
Jika kita mengingat kembali keistimewaan Belanda, tentu pepatah tersebut
tidak berlaku bagi negeri bunga tulip ini. Belanda selalu menemukan cara untuk
mengubah musibah menjadi suatu berkah.
Saat bangsa lain memiliki wilayah negara yang luas dan memadai, Belanda
tidak pernah berkecil hati dengan wilayah negaranya yang bahkan memiliki kontur
tanah di bawah permukaan laut. Keadaan itu tidak serta merta membuat rakyatnya
meninggalkan tanah Belanda, namun justru memicu pengembangan konstruksi arsitektur
yang inovatif dan tidak kalah dari bangsa lain yang tidak memiliki permasalahan
wilayah dan tanah.
Selain itu, ternyata Belanda juga pernah mengalami krisis energi pada tahun
1970-an yang cukup besar hingga mampu melemahkan perekonomian negara. Lantas
apa yang dilakukan negeri tersebut?
Jawabannya tentu dengan cara bangkit dan berinovasi, yaitu merombak sistem transportasi menjadi yang ramah lingkungan : dengan bersepeda. Karena budaya sepeda pula, Belanda juga berhasil melepas titelnya sebagai negara dengan tingkat polusi yang tinggi. Sekali merengkuh dayung, dua-tiga pulau terlampaui.
Jawabannya tentu dengan cara bangkit dan berinovasi, yaitu merombak sistem transportasi menjadi yang ramah lingkungan : dengan bersepeda. Karena budaya sepeda pula, Belanda juga berhasil melepas titelnya sebagai negara dengan tingkat polusi yang tinggi. Sekali merengkuh dayung, dua-tiga pulau terlampaui.
Prestasi Belanda lainnya adalah berada pada urutan ke sepuluh negara paling
sehat sedunia versi majalah forbes. Menakjubkan bukan, mengingat negara ini
didaulat sebagai negara maju dalam perindustrian, yang notabene biasa mengalami
permasalahan lingkungan yang memiliki ancaman besar bagi kesehatan.
Lalu, sebenarnya apa sih rahasia Belanda dari yang zero bisa menjadi hero?
Dari yang ‘miskin’ wilayah menjadi negara mandiri dengan konstruksi bangunan
dan arsitektur yang inovatif? Dari negara polutan tinggi menjadi negara ramah
lingkungan? Serta dari negara perindustrian menjadi negara yang sehat?
Jika kita flashback sejenak, maka kita akan mendapatkan titik temu
penyebab kesuksesan Belanda. Belanda menjadi pionir di berbagai bidang tidak
lain adalah karena lingkungan. Lebih tepatnya karena permasalahan lingkungan
yang sering dialami bangsa tersebut. Namun kita pantas salut pada Belanda
karena dengan segala keterbatasan dan permasalahan itu, justru akhirnya
tercipta sikap cinta lingkungan di Belanda.
Netherlands tidak akan pernah
ada jika rakyatnya tidak mencintai kontur tanah yang terbilang tidak biasa.
Belanda tetap akan menjadi negara berpolusi tinggi dan miskin energi jika ia
tidak mencintai gerakan bersepeda. Belanda akan menjadi negara penghasil limbah
terbanyak jika ia tidak mencintai dan menjaga keasrian negaranya. Belanda tidak
akan memiliki tulip-tulip yang indah dan kanal-kanal yang cantik jika bangsanya
tidak sadar akan lingkungan. Dengan cinta tersebut Belanda tidak hanya duduk
diam menanggapi permasalahan yang ada, melainkan bergerak maju dan berinovasi,
menjadi pionir ditengah keterbatasan yang ia miliki. Jika Belanda saja cinta
lingkungan, kenapa kita tidak bisa?
Referensi
No comments:
Post a Comment