Pages

Sunday, 2 December 2012

Morning Dew

Dear morning dew, aku ingin menjadi sepertimu, yang tetap menjadi bening di pagi hari walaupun mungkin kau semalam sedang dilanda banyak problema. Yang tetap menyejukkan mata dan hati saat kau sedang tak ingin sekalipun.

...

Please do not read this post if you do not want to read a spam. This is a random post which is sooooo unimportant. Singkatnya, isinya cuma curhat.

Saturday, 1 December 2012

Seperangkat Alat Sholat dan Mushaf Al-Quran

“Saya terima nikah dan kawinnya blablablabla dengan mas kawin seperangkat alat sholat dan mushaf Al-Quran dibayar tunai”

Begitulah kira-kira yang diucapkan para mempelai laki-laki ketika melakukan akad nikah, termasuk calon imam saya nanti, Insya Allah.
Ijab qabul adalah kesepakatan yang sakral antara wali dari mempelai perempuan dengan sang mempelai laki-laki. Maka apa yang diucapkan oleh mempelai laki-laki merupakan sesuatu yang harus dipertanggung jawabkan di kemudian hari.

Mengapa selalu ada mahar berupa seperangkat alat sholat yang diucapkan dalam ijab qabul?

Dear my future husband – yang Insya Allah akan setia menuntun saya pada jalan Allah, jika anda membaca ini di seberang sana, jadikan ini sebagai catatan untuk bekal meminang saya nanti. Bukan saya mau mengajari anda, atau merasa lebih tahu dari anda, atau malah menyombongkan diri, tidak. Saya hanya ingin mengingatkan barangkali anda lupa.
Mahar berupa seperangkat alat sholat dan mushaf Al-Quran sepertinya sudah menjadi default dalam setiap akad nikah keluarga muslim. Kadangkala malah terdengar bagai formalitas belaka karena memang adatnya begitu. Atau, mahar tersebut merupakan benda yang paling terjangkau dibanding perhiasan, rumah, ataupun mobil mewah yang dibanderol dengan harga mahal.
Namun, dibalik seperangkat alat sholat dan mushaf Al-Quran yang seakan menjadi default, ada makna besar di sana.